Cinta dan Kretek: [Review Buku — Gadis Kretek by Ratih Kumala]

muggy.
4 min readApr 9, 2023

--

Dokumen Pribadi.

Perempuan dan rokok, adalah dua hal tabu dalam lingkungan kita hingga saat ini. Oleh karena, sebelum membaca buku ini mari mengesampingkan hal tersebut.

Gadis Kretek bercerita mengenai napak tilas sejarah kretek di indonesia yang dibalut dalam kisah pencarian seorang wanita yang bernama Jeng Yah oleh tiga orang anak pemilik kretek terbesar pada saat itu.

Adalah Soeraja pemilik kretek Djagad Raja yang dimasa kritisnya terus menerus menyebut sebuah nama yaitu Jeng Yah. Karena rasa penasaran , ketiga anaknya Tegar, Karim, dan Lebas mencoba mencari tau siapakah wanita yang selalu disebut-disebut oleh ayah mereka tersebut dan juga membuat ibu mereka marah ketika mendengar nama itu. Ditambah dengan permintaan sang Romo (Ayah) kepada Lebas, ketiganya memutuskan melakukan perjalanan ke beberapa daerah yang dimana dulu ayahnya memulai perusahaan kretek.

Untuk mudahnya, novel ini terbagi dalam dua kisah. Pertama kisah seorang pria bernama Idroes Moeria yang dulunya seorang pelinting klobot menjadi seorang pengusaha. Dengan sifat yang gigih, pantang menyerah, memiliki cita-cita besar, dan visioner, berhasil mendirikan usaha kreteknya sendiri dengan beberapa merek dagang. Mulai dari Klobot Djojobojo, Bedil, Gramofon, Tugu, dan yang menjadi andalannya adalah Kretek Merdeka. Disamping itu Idroes memiliki pesaing yang bernama Soedjagad, yang dulu adalah temannya ketika sesama menjadi pelinting. Persaingan mereka berawal dari perebutan seorang wanita yang samasama mereka sukai yaitu Roemaisa, seorang anak Juru Tulis. Ini adalah awal cerita dari semuanya.

Bagian kedua berkisah mengenai seorang Gadis bernama Dasiyah yang menjadi seorang pengusaha kretek dengan merek dagang Kretek Gadis. Dasiyah atau Jeng Yah merupakan anak pertama dari pasangan Idroes Moeria dan Roemaisa. Jeng Yah merupakan seorang gadis yang pintar dan mandiri, membantu ayahnya mengurus perusahan Kretek Merdeka dan bersama dengan ayahnya juga membuat sebuah merek baru dengan nama Kretek Gadis. Kretek ini memiliki kekhasan tersendiri pada rasanya karena dilinting sendiri oleh Jeng Yah, sehingga membuat kretek tersebut dikenal oleh banyak orang dan memiliki banyak penikmat.

Sama seperti kisah pertama, bagian kedua juga bercerita tentang tiga tokoh utama. Suatu ketika Jeng Yah bertemu seorang pria bernama Soeraja. Melihat perlakuan Soeraja padanya yang begitu baik, Ia pun menaruh hati pada lelaki tersebut dan menawarkannya untuk bekerja dengannya. Pada suatu saat ketika PKI mulai muncul, Soeraja memanfaatkan momen itu untuk meminta bantual modal untuk mendirikan usaha kretek dengan nama Kretek Arit Merah, dengan tujuan agar dirinya bisa mandiri dan mapan, dan memiliki modal yang cukup untuk meminang Dasiyah. Ketika pemerintah Indonesia mulai sadar PKI menjadi ancaman, semua yang berkaitan dengan PKI dibunuh dan dimusnahkan, termasuk usaha kretek milik Soeraja yang membuatnya menjadi DPO pemerintah untuk dibunuh karena berkaitan dengan PKI. Hal itu membuat Soeraja harus meninggalkan kota tersebut selama berbulan-bulan, dan ketika sedang bersembunyi tanpa sengaja bertemu dengan seorang wanita bernama Purwanti.

Dengan perjalanan yang mereka lakukan, akankah Tegar, Karim, dan Lebas bisa mengorek kisah masa lalu dan mencari tahu siapakah Jeng Yah sebenarnya, serta apa kaitannya dengan perusahan Kretek Djagad Raja milik mereka?

— —

Novel yang bergenre fiksi sejarah ini menggunakan alur maju mundur. Kisah perjalanan Lebas dan saudaranya mencaritahu siapa Jeng Yah sebenarnya sampai kisah masa lalu Ayah mereka, bahkan satu generasi diatasnya mulai terkuak. Tidak hanya berfokus pada perkembangan industri rokok pada saat itu, buku ini juga menggambarkan suasana sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan,serta pengaruhnya terhadap industri kretek di Indonesia. Pembantaian yang dilakukan oleh orde baru terhadap PKI turut diceritakan melalui gambaran kisah Soeraja yang membangun usaha kretek dengan bantuan modal dari PKI.

Para tokoh yang digambarkan penulis memiliki karakter yang kuat. Seperti Idroes Moeria dengan perjuangan jatuh bangunnya dalam membangun usaha kretek miliknya, Soedjagad yang mencoba menyaingi Idroes dengan cara-cara liciknya sehingga menimbulkan beberapa konflik yang membuat cerita semakin hidup. Hal yang menarik dan paling menonjol dalam novel ini adalah besarnya peran perempuan dalam perkembangan industri rokok mulai dari klobot sampai menjadi kretek. Jika tidak ada Roemaisa, mungkin Idroes dan Soedjagad tidak akan berlomba-lomba menciptakan rokok kretek terbaik mereka. Jika tidak ada Dasiyah, tidak akan ada formula kretek yang mempunyai cita rasa tinggi. Dari sini kita bisa melihat bahwa kekuatan perempuan dalam bisnis dan kretek, yang sebagian besar orang berpikir bahwa bidang ini hanya dikuasai oleh kaum lelaki.

Melalui kisah “Gadis Kretek”, aku belajar banyak khususnya tentang sejarah rokok kretek di Indonesia (fyi, pada awalnya rokok dibuat untuk mengobati sesak napas dengan merajang cengkeh dan mencampurkannya dengan tembakau kemudian dilinting dengan klobot) dan gambaran kondisi pra-kemerdekaan dan pasca kemerdekaan. Kita juga diajarkan bagaimana perjuangan seorang pria membuktikan dirinya mampu untuk mendapatkan wanita pujaan hatinya.

Dengan gaya kepenulisan yang baik, Ratih Kumala mampu membuat sebuah cerita yang membuat saya tak berhenti ingin terus membaca dan menyelesaikannya. Beberapa dialog yang terjadi menggunakan Bahasa Jawa, tapi ini yang menurut saya kurang dari buku ini karena catatan kaki yang berisikan arti dari istilah Bahasa Jawa tersebut diletakkan diakhir bab, yang mana biasanya footnote diletakkan dibagian bawah halaman yang mengandung istilah tertentu.

Hal lainnya juga adalah covernya yang unik dimana seorang perempuan memakai pakaian tradisional, dengan sebatang rokok di tangan, dan tatapan mata yang menarik saya untuk membaca buku ini.

Dan… satu hal yang terus menjadi pertanyaan adalah sebutan untuk Kota M. Di saat kota lainnya dituliskan secara jelas (Kudus, Magelang, Madiun, Jogjakarta, Jakarta), Kota M tetap menjadi misteri sampai akhir cerita.

Secara keseluruhan buku ini bisa jadi rekomendasi untuk kamu yang ingin membaca buku bergenre historical-fiction tapi dengan gaya bahasa yang ringan. Untuk itu saya kasih penilaian 4/5.

“KAYA AKAN WANGI TEMBAKAU. SARAT DENGAN AROMA CINTA”

--

--

muggy.
muggy.

No responses yet